INTI PADMA
SANGGAR
SATTVIKA MEDITASI
Label
- hikmah ( 48 )
- reiki ( 70 )
- tekhnik penyembuhan ( 3 )
- tentang ( 2 )
Entri Populer
-
MEDITASI SIRRUL FATIHAH =¤= MAKNA AL-FATIHAH =¤= Dalam sebuah Hadits Qudsi Allah SWT berfirman :''Aku membagi sola...
-
SHOLAWAT JALAN PINTAS MENUJU MAKRIFAT Perlu diketahui bahwa derajat makrifat itu semata-mata pemberian dari Allah kepada ...
-
SHALAT DAIM Shalat dalam tinjauan tasawuf ada dua macam, yaitu sholat yang bersifat syariat yaitu sholat lima waktu (shalat wajib...
CONTACT
TELEPHONE & SMS
Hp : 0857-2877-5740 ( m3 )
Hp : 0852-0042-3557 ( AS )
BLACKBERRY
7D603818
WhatsApp
No: 0857-2877-5740
Anda pengunjung ke
Translate
Rabu
Kondisi Jiwa (Ruh)
Setelah Kematian
Siksa Kubur
Pada suatu hari yang amat panas, Rasulullah Saw. berjalan menuju
kompleks makam Baqi’ Al-Garqad. Pada saat itu, sekelompok orang berjalan
mengikutinya. Ketika mendengar suara sandal, Rasulullah Saw. sadar
(kalau ia sedang dibuntuti). Rasulullah Saw. lalu mempersilakan mereka
lebih dahulu. Ketika mereka berlalu, tiba-tiba Beliau memperhatikan dua
makam baru yang isinya dua laki-laki.
Rasulullah Saw. berdiri dan bertanya, siapa orang yang berada di dalam makam ini? Mereka menjawab fulan dan fulan. Mereka kembali bertanya kepada Rasulullah Saw., apa gerangan yang terjadi dengan makam baru itu? Rasulullah menjawab bahwa salah seorang di antara keduanya dulu tidak bersih kalau ia membuang air kecil dan yang satunya selalu berjalan menebar adu domba.
Lalu Rasulullah Saw. mengambil pelepah daun kurma yang masih basah, sahabat bertanya untuk apa itu dilakukan? Dijawab oleh Beliau, “Agar Allah SWT meringankan siksaan terhadap keduanya.” Mereka bertanya lagi, “Sampai kapan keduanya diazab?” Beliau menjawab, “Ini hal yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah SWT. Seandainya hati kalian tidak dilanda keraguan dan tidak banyak bicara, niscaya kalian akan mendengar apa yang sedang aku dengar.” (HR. Ahmad).
Dari kisah di atas, bahwa jiwa setelah kematiannya ada yang mengalami siksa kubur dan nikmat kubur, tempatnya bukan di kuburan, tapi di alam barzakh. Karena jika siksa kubur itu terjadi di kuburan, maka orang-orang yang matinya tenggelam di lautan, mati karena terbakar, atau disengaja dibakar, atau kematian yang terjadi karena bencana dan peperangan yang belum sempat dikubur, maka berarti tidak mengalami siksa kubur, karena mereka tidak dikubur. Mati dengan cara apapun dan ditempatkan dimanapun, pasti akan kena proses siksa dan nikmat di dimensi barzakh.
Dalam riwayat di atas juga ditegaskan oleh Nabi, bahwa siapa saja bisa melihat proses siksa dan nikmat barzakh, bukan khusus mukjizat para nabi yang hanya bisa mengetahui, akan tetapi orang biasa yang bukan nabi bisa melihat dengan syarat, hatinya penuh dengan keyakinan iman, tidak banyak bicara. Jadi intinya adalah bagi siapa yang bisa mensucikan jiwanya, maka Allah akan mempelihatkan hal-hal ghaib pada manusia.
Kuburan Dan Tempat Kematian Menjadi Proyeksi Alam Barzakh
Suatu suatu Rasulullah saw ditanya oleh Umar bin Khattab ra:
يا رسول الله تناديهم بعد ثلاث وهل يسمعون ؟يقول الله إنك لا تسمع الموتى فقال : والذي نفسي بيده ما أنتمبأسمع منهم ولكنهم لا
يطيقون أن يجيبوا
Ya Rasulullah, apakah engkau memanggil-manggil mereka yang telah meninggal tiga hari bisa mendengarkan panggilanmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam al quran: Innaka laa tusmi’ul mauta?
Lalu dijawab oleh Rasulullah Saw: “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam kekuasaan-Nya, tidaklah engkau sanggup mendengar mereka, mereka lebih mendengar daripada kamu hanya saja mereka tidak mampu menjawab.” (HR. Muslim dari Imam Anas ra)
عَنْ أنَسٍ بْنِ مَالِكٍ (ر) أنَّ رَسُوْلَ الله .صَ. تَرَكَ قََتـْلَى بَدْ ٍر ثَلاَثًا ثُمَّ أتَاهُـمْ فَقَامَ عَلَيْهِمْ فَنَادَاهُمْ فَقَالَ
:
يَا أبَا جَهلٍ ابْنَ هِشَـامٍ يَا أمَيَّةُ ابْنَ خَلَفٍ يَا عُتْبَةُ ابْنَ رَبِيْعَة يَا شَيْبَة ابْنَ رَبِيـْعَة اَلَيْسَ قَدْ وَجَدْتُمْ
مَا وَعَد رَبُّكُمْ حَقـًّا فَاِنّيِ قَدْ وَجَدْتُ مَا وَعَدَنِي رَبِّي حَقـًّا.فَسَمِعَ عُمَرُ قَوْلَ النَّبِي فَقَالَ: يَا رَسُولَ الله
كَيْفَ يَسْمَعُوْا وأنَّي يُجِيبُوْا وَ قَدْ جَيِِّفُوْا. قَالَ: وَالَّـذِي نَفْسِي بِيَدِه مَا أنْـتُمْ بِأسْمَع لِمَا أقُوْلُ مِنْهُمْ
وَلَـكِنَّهُمْ لاَ يَقـدِرُوْنَ اَنْ يجِيْبُوا (رواه مسلم)
Artinya: “Bahwa Rasulallah saw. membiarkan mayyit orang kafir yang terbunuh dalam peperangan Badar selama tiga hari. Kemudian beliau saw mendatangi mereka lalu berdiri sambil menyeru mereka: ‘ Hai Abu Jahal bin Hisyam, Hai Umayyah bin Khalaf, Hai Utbah bin Rabi’ah, Hai Syaibah bin Rabi’ah! Bukankah kamu telah mendapat- kan janji Tuhanku sebagai sesuatu yang benar (yakni kalah dan terbunuh). Sesungguhnya aku telah mendapatkan janji Tuhanku sebagai sesuatu yang benar (yakni memperoleh kemenangan)’ Umar bin Khattab ra mendengar ucapan Nabi saw. bertanya: ‘ Wahai Rasulallah, bagaimana mereka bisa mendengar dan bagaimana pula mereka bisa menjawab sedangkan mereka telah menjadi bangkai ? Maka Rasulallah saw. bersabda: ‘Demi zat yang diriku ada di tangan-Nya, tidaklah kamu memiliki kemampuan mendengar yang melebihi mereka terhadap apa yang aku ucapkan, akan tetapi mereka tidak mampu menjawab’ “. (Hr. Muslim). [1]
Kondisi kesadaran (pikiran, hati dan perasaan) manusia yang masih hidup dan sesudah mati masih tetap sama, hanya perbedaannya adalah orang yg sudah mati tidak memiliki tubuh fisik. Sehingga banyak sekali jiwa yang telah mati masih belum sadar atas kematiannya, sehingga butuh waktu agar dia bisa ikhlas dan menerima kondisi yang dialaminya.
Belum lagi ikatan-ikatan dengan keluarga dan harta yang ditinggalkan, maka dapat mempersulit proses perjalanan jiwanya, sehingga menjadi berat siksa kubur/barzakhnya. Suatu ketika di malam hari ketika penulis kemah di dekat laut, mata sangat berat dan mulai tertidur, secara perlahan muncul suara wanita mintak tolong, semakin lama semakin kuat suaranya.
Khawatir itu suara jin yang ingin menganggu, maka penulis abaikan. Ternyata tanpa disadari sukma (astral) penulis keluar dengan sendirinya dan terbang ke atas, menuju suara wanita yang mintak tolong, ternyata saya saat itu melihat wanita yang sedang tenggelam sambil kesakitan. Karena penulis ketakutan, maka secara otomatis sukma (astral) langung kembali masuk ke tubuh. Ketika sadar, sayapun tidak langsung mempercayainya, mungkin itu halusinasi atau godaan Jin.
Dapat dua hari ada nelayan yang menepi, setelah basa-basi, saya bertanya, “Apakah dulu di tengah laut itu ada wanita yang meninggal tenggelam...?”. nelayan itu menjawab:”Mas, sampean apa di datangi yang tenggelam itu?”. Sayapun menjawab: “Ya pak, kemarin malam saya ketarik ke alamnya”.
Lalu nelayan tersebut menjelaskan, bahwa dua tahun sebelumnya dia dan dua saudaranya yang satu wanita, mencari kerang, hasil tangkapannya kerang sangat banyak, sehingga waktu pulang, beban muatannya sangat berlebihan, ketika muncul angin besar, perahu itu tenggelam dua org mati dan yang selamat adalah yang punya perahu itu sendiri.
Setelah itu setiap malam saya mendoakan wanita yang mati tenggelam agar jiwanya diampuni da diterima oleh Allah.
Dalam malam-malam lainya waktu kemah, penulis sering tiap malam ditemui arwah orang yang telah meninggal dan menunjukkan tempat kuburannya sambil menunjuk tempat ditepi pantai dan mintak didoakan, kurang lebih hampir ada empat arwah yang ada dipesisir pantai dekat penulis kemah.
Ketika ada nelayan yang minggir dipantai, kesempatan itu saya pakai untuk bertanya, “Apakah benar dulu disini (pantai) ada orang yang dikubur?”
Nelayan menjawab, “Dahulu tahun 95-an ada kapal very di Ketapang ketika menyebrang ke Bali tenggelam, karena arusnya besar, maka banyak mayat-mayat yang terseret arus ke daerah sini, dan ditemukan oleh nelayan. Lalu dikubur ditepi pantai yang berpasir.”
Akhirnya tiap habis sholat tahajud arwah-arwah tersebut saya kirimi fateha, sehingga mereka tidak mendatangiku kembali.
Pernah suatu ketika ada anggota Densus berkonsultasi kepada penulis, setelah dia ikut penggrebekan dan menembak teroris, katanya dia sering ditemui wajah teroris yang mati tersebut. Saya menanyakan apakah baru pertama kali menembak orang, di menjelaskan sudah sering menembak penjahat dan teroris sampai mati. Tapi tidak pernah merasakan gejala seperti itu. Setelah saya amati, mata ghoibnya anggota densus tersebut agak aktif, sehingga sering ketemu hal-hal ghaib.
Yang unik dia menceritakan, ketika menggrebek anggota teroris, ternyata yang digrebek masih manten baru, karena terorisnya melawan dan mengambil pistol, maka ditembaklah tepat dikeningnya dan langsung mati. Besok malamnya jiwa (ruh ) teroris itu mendatangi anggota densus sambil marah-marah. Oleh anggota densus ganti mencemooh, “Katanya kamu meyakini ikut teroris mati syahid dan masuk surga, kenapa kamu sekarang gentayangn, mana surganya.” Bayangan arwah tersebut lalu pergi.
Akhirnya penulis beri saran, jika menggerebek teroris dan sampai kena tembak sampai mati, maka lakukan dengan cara mengirim bacaan tahlil yang pendek, dan doakan teroris tersebut, agar jiwanya tidak gentayangan. Karena konsep pemikiran mereka salah dan tidak sesuai dengn ajaran Islam. Mereka merasa paling benar dan ahli surga, justru perbuatan mereka merusak Islam dan jauh dari surga.
Lucu sekali, sewaktu hidupnya para teroris itu meyakini bahwa tahlil itu adalah bid’ah, tapi ketika dia sudah mati justru dengan bacaan tahlil dia menjadi ringan siksanya dan tidak gentayangan lagi.
Agar Selamat dari Siksa Kubur
Dalam Kitab Tanbihul Ghofilin, karya Abu-Laits beliau berkata: "Siapa yang ingin selamat dari siksaan kubur maka harus menlazimi empat dan meninggalkan empat yaitu:
Menjaga sembahyang lima waktu
Banyak bersedekah
Banyak membaca al-quran
Memperbanyak bertasbih (membaca: Subhanallah walhamdulillah wal'aa ilaha illallah wallahu akbar, walahaula wala quwata illa billah)
Semua yang empat ini dapat menerangi kubur dan meluaskannya. Adapun empat yang harus ditinggalkan ialah:
Dusta
Kianat
Adu-domba
Menjaga kencing, sebab Nabi Muhammad s.a.w pernah bersabda:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – اِسْتَنْزِهُوا مِنْ اَلْبَوْلِ, فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ اَلْقَبْرِ مِنْهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersihkanlah diri dari kencing. Karena kebanyakan siksa kubur berasal dari bekas kencing tersebut.” (Hr. Ad Daruquthni). [2]
(Bersambung)
Daftar Pustaka
[1] http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…
[2] Abu Laits Samarqandy, Tanbihul ghafilin
Lihat di: https://archive.org/details/tanbih-ghafleen
https://id.scribd.com/doc/22585268/Tanbihul-Ghafilin-jawi
by :Cahaya Gusti
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar